Selasa, 18 Desember 2007

SEMPURNA

Kata sempurna dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki empat arti, yakni: (a) utuh dan lengkap segalanya (tidak bercacat dan bercela); (b) lengkap, komplet; (c) selesai dengan sebaik-baiknya, teratur dengan sangat baiknya; dan (d) baik sekali, terbaik. Tapi tahukah kalian darimana kata itu berasal?
Konon, beginilah ceritanya:
Pada suatu waktu, di tempat yang sangat jauh, di sebuah negri yang gemah ripah loh jinawi hiduplah sepasang muda-mudi yang oleh penduduk negri itu dikenal sebagai sepasang kekasih yang teramat serasi, Syampur dan Ruana.
Syampur adalah seorang pemuda dengan sifat dan perawakan yang tak bercela. Wajahnya yang ganteng, otaknya yang cerdas, serta pembawaan dan penampilannya yang menarik membuat gadis-gadis, janda-janda, bahkan mereka yang sudah bersuami di negri itu begitu memujanya. Meski begitu memuja Syampur, gadis-gadis, janda-janda, dan istri-istri itu tak pernah berani menggoda, ataupun hanya sekedar mendekati Syampur. Ini semata-mata karena Syampur sudah punya kekasih. Seorang pemudi yang menurut penduduk negri itu juga sangat tak bercela, Ruana namanya.
Ruana adalah seorang pemudi yang memiliki perawakan menawan dan pembawaan diri yang anggun. Sifat baik dan kecerdasan otaknya pun tak kalah dengan Syampur, bahkan di beberapa segi melebihi kekasihnya itu. Tapi meski melebihi, Ruana selalu bertindak santun dan sangat menghormati Syampur. Ini terlihat dari betapa santun dan hati-hatinya Ruana tiap kali mengingatkan Syampur apabila kekasihnya tersebut melakukan hal yang kurang tepat.
Sebagai pasangan yang serasi, penduduk negri itu selalu berdecak kagum dan hormat kepada keduanya tiap kali mereka jalan-jalan mengelilingi negri. “Ah, betapa serasinya mereka berdua itu ya.” Begitulah gumam yang muncul tiap kali mereka melihat sepasang kekasih itu jalan bersama sembari bergandengan tangan. Lambat laun kabar tentang keserasian sepasang kekasih itu tidak hanya terdengar di seluruh pelosok negri, akan tetapi juga sampai ke langit.
Berbeda dengan di bumi, di langit keserasian mereka menimbulkan iri dan dengki di kalangan dewa-dewa yang menghuni Istana Langit. Sampai pada suatu hari kedengkian dan rasa iri dewa-dewa Istana Langit itu memuncak dan mereka mengadukannya kepada Penguasa Langit.
Atas hasutan Permaisuri Langit, yang memang sejak awal tak menyukai keserasian yang dimiliki pasangan kekasih itu, maka Penguasa Langit pun menurunkan azab dan bencana kepada sepasang kekasih itu.
Pada suatu hari ketika Syampur dan Ruana tengah asyik berjalan-jalan menikmati indahnya negri, tiba-tiba terjadi gempa yang dahsyat yang diiringi oleh datangnya angin puting-beliung. Tanah tempat mereka berpijak tiba-tiba terkuak dan menghisap tubuh Syampur sampai amblas ke dasar bumi, sedangkan angin puting-beliung yang mengiringi gempa itu menyedot tuntas tubuh Ruana ke langit.
Begitulah, pasangan yang sangat cocok, serasi, utuh dan tak bercala itu dipisahkan. Meski begitu, keserasian pasangan kekasih itu masih saja terus dikenang dan dipuja oleh penduduk negri itu. Apabila penduduk negri itu melihat atau merasakan sesuatu yang sangat tak bercela, cocok, ataupun teratur dengan sangat baiknya, mereka pun tak segan-segan berkata “sempurna (syampurruana)”.

Tidak ada komentar: