Minggu, 21 Agustus 2011

DUA KISAH CHARLES BAUDELAIRE

ORANG ASING*)

Cerpen: Charles Baudelaire

“Siapakah yang paling kaucintai, lelaki penuh teka-teki? Ayahmu, ibumu, saudarimu ataukah saudaramu?”

“Aku tak punya ayah, ibu, saudari, ataupun saudara.”

“Teman-temanmu?”

“Dan kini kaugunakan kata-kata yang tak pernah aku pahami.”

“Negerimu?”

“Aku tak tahu di garis lintang apa ia diletakkan.”

“Keindahan?”

“Aku membencinya sebagaimana kaubenci Tuhan.”

“Baiklah, lantas apa yang kaucintai, orang asing yang tak biasa?”

“Aku menyukai awan…awan yang melintas…di atas sana...di atas sana…awan yang mengagumkan!”

*) Diterjemahkan oleh Indra Tjahyadi dari The Foreigner, dalam Charles Baudelaire, Paris Spleen and La Fanfarlo, translated with introduction and notes by Raymond M. MacKenzie (Cambridge: Hackett Publishing Company Inc, 2008), hal. 5.

KEPUTUSASAAN PEREMPUAN TUA*)

Cerpen: Charles Baudelaire

Kerutan-kerutan di kulit perempuan tua mungil merasakan kegembiraan melihat bayi yang cantik yang dibicarakan banyak orang, seseorang yang ingin disenangkan oleh banyak orang; mahluk yang cantik ini serapuh dirinya, perempuan tua mungil, dan—juga seperti dirinya—tanpa gigi dan rambut.

Dan ia menghampiri bayi itu, berencana untuk membuat seutas senyum dan wajah penuh kegembiraan padanya.

Tetapi bayi yang takut itu meronta dibelaian perempuan jompo yang baik itu, dan memenuhi seluruh sudut rumah dengan dengkingannya.

Lantas perempuan tua yang baik itu berbalik pulang ke kesendiriannya yang abadi, dan ia menangis di sebuah sudut, berkata kepada dirinya sendiri”

“Ah, bagi kami perempuan-perempuan tua yang buruk, zaman-zaman menyenangkan tanpa rasa bersalah telah usai; dan yang kami bangkitkan hanyalah kengerian bagi bayi mungil yang ingin kami cintai!”

*) Diterjemahkan oleh Indra Tjahyadi dari The Old Woman’s Despair, dalam Charles Baudelaire, Paris Spleen and La Fanfarlo, translated with introduction and notes by Raymond M. MacKenzie (Cambridge: Hackett Publishing Company Inc, 2008), hal. 6.