Kamis, 27 Desember 2007

Puisi Ahmad Faishal

KAMPUNG NELAYAN

saat rohku bergelayutan ombak
pohon-pohon tua tancapkan akarnya
keniscayaan lumpur yang rapuh telah di sembah
dan perahu berlayar lusuh di kendarai nelayan buta
berabad-abad menyisir pantai, hingga kulit melebam
yang tak tahu kerinduan menyerupai malam purnama
yang mencabik sunyi dan kepedihan
buat tebarkan jalan

kini mimpimu yang sombong jadi tanah kering
membakar telapak kaki anak-anak, yang terus mengayuh
sampan ke bulan
dan enggan menoleh jejak-jejaknya kembali
seperti menemukan surga, dan mengubur segenap ingatannya
ke dalam buih yang telah di lalui burung bangkai
berbulu putih
seputih kelicikan pantulan cermin
tanpa maksud, kau tempempelkan lempengan
lempengan kaca ke purmukaan perahu

aku berlayar tersesat sendirian
sekawanan mahluk asing berbisa mencincang
dengan lidahnya
bau busuk bertebaran, menyedihkan, menyakitkan
serupa bangkai ikan-ikan asing, jadi hiasan dnding
yang menghantui segala penguasa
perkambungan, di tengah karang yang mengenaskan.

Surabaya, 2002.

Tidak ada komentar: