Kamis, 27 Desember 2007

Puisi Imam Muhtarom

SEGARIS JALAN

Jalan setapak menggaris
dengan tepi terjal tak berwarna
jalur-jalur sebagai pembatas gerak
seperti aku berlari dan merangkak
Air hitam itu memenuhi tepian jalan
muntah oleh miringnya rencana
kaca-kaca pecah berantakan
menepi, langkahi arti hidup dan mati
Laju kecepatan terus beringsut
penuhi dada ini -- membusung --
terus membusung, tak reda rongga tersengal
-- terbatas -- demi kuasai lajur kecil ini
Di sini hanya bentakan dan rintihan
yang ada
kamus praktis telah menjadi pedoman
Jauh, jauh dari lambaian nyiur
hanya aspal bebal yang akan terus menggerus

Surabaya, 1996

SEMAMUMU

Danau membujur kaku
bersikap seperti perawan lesu
jenuh melihat nafsu terendam
Bangkitlah sang nafsu
keluarkan segala kejujuranmu
agar diam-mu terlihat berat
Dan juga kau, bukit!
bergeraklah untuk menerjang
engkau telah diperkosa
Hai, engkau yang merasa diam
jangan kau sampai hancur tersungkur
hari esok tetap bagimu

Wlingi, Blitar 1996

1 komentar:

Anonim mengatakan...

puisi paling sembrono, ndog....hehe