Kamis, 27 Desember 2007

Puisi Akhudiat

WONOKROMO

Wonokromo adalah leher botol
Ke tembolok Surabaya melahap & muntahan apa & siapa saja
Tak pedulu basa-basimu, sumpah serapah, protes atau acungan jempol
Bahkan sindiran atas jalan layang
Cuma sejengkal dari kontraktor/ birokrat
Leher makin menjerat simpul ketat di kerah putih tegang
Napas berat lewat pori-pori yang meregang

Wonokromo adalh hintterland, distrik udik, dulu
Trem uap & trem listrik berhenti di halte
Seberang sungai
Kebun binatang, Darmo Boulevard, kerlap-kerlip kotaraya
Seberang sungai
Di sini kancah buangan & mimpi orang usiran
Pencopet, pelacur, begundal, buronan
Mengendap di kampung-kampung yang tumbuh sendiri
Atau sembunyi di hutan lalang timur stasiun kereta api

Gerbong-gerbong pengusung pendatang/ calon gelandangan
Ulang-alik
pesisir-pedalaman
siang malam

"Kalau ke Wonokromo, jangan lupa belikan
jajan pasar atau ayam goreng di warung karen
Kedai sisa jilatan api & penggalan trotoar
Sampaikan salam ke penjaga karcis
Di gedung dulu lundruk kini bioskop."

Wonokromo menampung dan menanggung mereka
bersama air bah coklat rasa gatal ulat
Seperti emak susuan tak pernah nyapih
Sampai busung cacingan ular/ naga
Siap meledak kuman-kumannya

Wonokromo adalah monumen
Pasar terbakar

1995

Tidak ada komentar: