Selasa, 25 Desember 2007

Puisi Beni Setia

MENGAPA HANYA MALAIKAT

satu dua antara belantara (rambut
putih kehilangan hitam), satu dua
kelokan lengang menjelang malam. di ujung
menunggu pedang dengan rajam + rajam

"bila mulut banyak mengunyah, bila lambung
banyak memamah, bila darah hanya berlemak:
apa tak terbaca plakat orang-orang lapar
pada setiap kerut lipat kulit perut?"

megap-megap bagai ikan, merayap bagai ketam
: tangan si miskin terkunyah larut di darah
o, mengapa hanya malaikat yang tahu, senyum
melihat jantung diremas-gemas dendam si lapar

jalan lengang, jalan panjang, jalan bimbang
bulan ramadhan; mengapa hanya malaikat yang
tahu? mengapa
mengapa hanya malaikat

1979/1983/1987

NASIB SEBUAH PERCAKAPAN

ada yang diam-diam menyandar pada dinding
saat waktu melampaui tengah malam
dan kanak bimbang di negeri mimpi

ada yang tergelincir ke kedalaman kabut
saat jalan-jalan mengejang dan kaku
dan batu-batu memasang butiran embun

ya! ada pohon tanpa daun, ada bunga tanpa
kupu, dan ada adaan tanpa ada, kata-kata
(gunung es di laut): mencair dalam diri -- sendiri

24/1 - 1984

2 komentar:

Anonim mengatakan...

I Like this..
jaman skrg jarang2 puisi bisa diresapin
puisi jmn skrg kebanyakan asal 'njeplak', alias tdk ada nuansa sastra nya


Tp, np ya puisi2 na kebanyakan bernuansa 'dark'

terserah pengarangnya kali ya :D
heheheh...

Arief Munandar mengatakan...

Kesan sastra dari sajak lama itu sangat dalam, tapi jujur, saya sangat sulit mencari nada yang pas untuk membacakannya.