Kamis, 27 Desember 2007

Puisi Subagio Sastrowardoyo (2)

DI POJOK JALAN

Bahwa kita hidup adalah perjanjian
dengan bumi: bahwa kita akan setia
kepada istri, dan kepada anak
merasa sayang. Kita bersatu dengan awan,
dengan bunga dan bianatang. Kepada
tanah terikat dengan kebaktian dan tekat.
Perjanjian diikrarkan dengan darah
dinihari, di daerah perbatasan
antara lahir dan mati.

Amat sederhana: di pojok jalan
manusia kurus menangkup bunuh diri.


DI UJUNG RANJANG

waktu tidur
tak ada yang menjamin
kau bisa bangun lagi

tidur
adalah persiapan
buat tidur lebih lelap

di ujung ranjang
menjaga bidadari
menyanyi nina-bobo


JARAK

Bapak di sorga.
Biar kita jaga jarak
ini antara kau dan aku
Kau hilang dalam keputihan ufuk
dan aku tersuruk di hutan buta.
Hiburku hanya burung di dahan
dan jauh ke lembah
gerau pasar di dusun.
Aku tahu keriuhan ini
hanya sekali terdengar
sesudah itu padam segala suara
dan aku memburu ke pintu rumah.

Bapak di sorga
biarlah kita jaga jarak ini
sebab aku ini manusia mual
Sekali kau tampak telanjang di hutan
Aku akan berteriak seperti Yahudi:
"Salib!"
Dan kau akan tinggal sebungkah
lumpur lekat di kayu.


LEIDEN 12/10/78 (LARUT MALAM)

mengapa selalu harus ada siksa
sebelum bisa terucap geliat nyawa

dia yang disalib
ditusuk lambungnya dengan tombak derita
darahnya titik murni sabda

kebahagiaan melumpuhkan tenaga berkata

sebelum sama sekali bisu
biar kujatuhkan diri dari menara
sehingga terlepas sengsara dalam syair paling merdu

Tidak ada komentar: