Tiga Sajak Penyair Korea Para Pembaca blog yang budiman,
selamat bertemu lagi dengan saya. Kali ini saya menampilkan tiga buah puisi dari dua penyair Korea. Ketiga puisi penyair Korea yang tayang dalam blog ini semuanya saya ambil dari buku The Columbia Anthology of Modern Korea Poetry dengan David R. McCann. Bagi saya ketiga puisi ini menarik, karena menyajikan kesederhanaan dan kejernihan imaji. Saya kira sampai segini dulu prakata dari saya. Tanpa banyak bicara lagi, saya ucapkan selamat menikmati tiga puisi dari dua penyair Korea. Selamat menikmati.
Chu Yohan (1900-1980)
Chu Yohan adalah seorang penyair Korea yang dilahirkan di Pyongyang. Dia mengurus sekolah di Tokyo dan perguruan tinggi di Shanghai. Arumdaun saebyok atau Fajar yang Indah (1924) merupakan buku puisi kesepuluh yang diterbitkan di Korea pada abad 20. Puisinya yang tayang dalam blog ini dialihbahasakan secara bebas oleh Indra Tjahyadi dari puisi Life, Death (Hidup, Kematian).
HIDUP, KEMATIAN
Hidup adalah matahari yang tenggelam, sebuah samudera darah,
Suara gegap gempita langit yang kencang.
Kematian adalah fajar, kabut yang pucat,
Sebuah nafas yang murni, pakaian di hari berkabung yang putih.
Hidup adalah kelap-kelip nyala lilin.
Kematian adalah kemilau berlian.
Hidup adalah komedi duka cita.
Kematian adalah tragedi yang indah.
Tatkala gelombang menggelegak menenggak gunung
Ratapan angin meraung di tiang-tiang kapal
Di atas malam-malam bersalju menumpuk di arah yang bisu
Cahaya-cahaya bulan nan berbulu melemparkan tawanya nan penuh.
Hidup adalah sebuah jalan kecil yang kotor menghadap kematin
Kematian adalah fajar kehidupan baru
Ah, tenunan yang rumit membuat galur Kematian
Sebuah kilau karunia yang sakral dalam air bah kehidupan yang berat.
KIM SOWOL (1902-1934)
Kim Sowol adalah penyair Korea kelahiran Kusong, Propinsi Pyongyang Utara. Buku puisinya yang berjudul Chindallaekkot atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Bunga-bunga merupakan buku ke eempat belas yang diterbitkan di Korea di abad 20. Dua puisinya yang tayang dalam blog ini dialihbahasakan secara bebas oleh Indra Tjahyadi dari puisi Azaleas (Bunga-bunga) dan A Day Long After (Satu Hari Kemudian yang Panjang).
BUNGA-BUNGA
Tatkala kau pergi
Muak melihatku,
Aku harus melepasmu baik-baik, tanpa kata.
Dari gunung Tak di Yongbyon
Segenggam kembang
Akan kukumpulankan dan kutaburkan di jalanmu.
Tapak demi tapak
Di leluruhan kembang sebelummu,
Kujejaki lembut, dalam, dan terus melangkah.
Tatkala kau pergi,
Muak melihatku,
Meskipun aku mampus; Tidak, aku tak akan mencucurkan airmata.
SATU HARI KEMUDIAN NAN PANJANG
Jika kau mencariku di satu hari kemudian nan panjang,
Lantas aku mungkin berkata, "aku telah lupakan."
Jika kau menyalahkanku di hatimu,
"Sangat merindukanmu, telah aku lupa."
Dalam hatimu jika kau tetap menyalahkanku,
"Aku tak dapat percaya, maka aku telah lupakan.
Tak melupakan hari ini atau kemarin;
Suatu hari kemudian nan panjang, "telah aku lupakan," kataku.