MARI SAMBUTLAH: JOSEPH BRODSKY….
Selamat malam para pembaca blog yang budiman….
Selamat bertemu lagi dengan saya, pemandu blog anda yang anda cintai. Kali ini saya akan menampilkan sebuah sajak dari Joseph Brodsky yang berjudul “Lagu Belfas” hasil terjemahan dari Tuan Agus R. Sarjono dan Nyonya Nikmah Sarjono. Sajak yang memukau ini saya comot dari buku “Joseph Brodsky: Kepada Ukraina” yang diterbitkan oleh Forum Sastra Bandung pada tahun 1998. Seperti telah kita ketahui bersama bahwa penyair yang bernama panjang Iosif Alexandrovich Brodsky ini merupakan salah satu penyair besar dunia yang pernah meraih hadiah Nobel di bidang sastra. Baiklah kalau begitu, tanpa banyak bacot lagi, langsung saja saya haturkan: “Lagu Belfas” karya Joseph Brodsky.
Selamat menikmati.
LAGU BELFAS
Ada seorang gadis dari sebuah kota yang berbahaya
Ia memotong pendek rambutnya yang gelap
hingga tak banyak dari dirinya yang musti berwajah masam
ketika seseorang terluka.
Ia melipat kenangannya seperti melipat parasut.
Jatuh, ia mengumpulkan tanah bakaran
dan memasak makanannya di rumah: mereka menembak
sambil makan-makan di sini.
Ah, ada lebih banyak langit di bagian ini dibanding, katakanlah,
daratan. Sejak suaranya menggantung
dan pandangannya menodai retinamu, seperti bola lampu
memucat ketika kau nyalakan.
Belahan-belahan bumi. Dan gaunnya yang sepanjang lutut
terpotong roknya untuk menangkal angin kencang
yang tiba tak terduga.
Aku bermimpi tentangnya
entah dicintai atau terbunuh
karena kotanya terlalu kecil.
1986.
Ada seorang gadis dari sebuah kota yang berbahaya
Ia memotong pendek rambutnya yang gelap
hingga tak banyak dari dirinya yang musti berwajah masam
ketika seseorang terluka.
Ia melipat kenangannya seperti melipat parasut.
Jatuh, ia mengumpulkan tanah bakaran
dan memasak makanannya di rumah: mereka menembak
sambil makan-makan di sini.
Ah, ada lebih banyak langit di bagian ini dibanding, katakanlah,
daratan. Sejak suaranya menggantung
dan pandangannya menodai retinamu, seperti bola lampu
memucat ketika kau nyalakan.
Belahan-belahan bumi. Dan gaunnya yang sepanjang lutut
terpotong roknya untuk menangkal angin kencang
yang tiba tak terduga.
Aku bermimpi tentangnya
entah dicintai atau terbunuh
karena kotanya terlalu kecil.
1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar